"Welcome to Try - Againz, semoga artikel yang ada di sini bermanfaat untuk anda semua"

Sabtu, 26 Juni 2010

Catatan dari Afsel - Saat Polisi Tak Bisa Diandalkan

Saturday, 26 June 2010 07:33

Beritabola.com Pretoria - Dengan tingkat kriminalitas yang sangat tinggi, polisi di Afrika Selatan sayangnya kurang bisa diandalkan. Main hakim sendiri dengan 'hukuman' cacat seumur hidup, jadi jalan yang ditempuh para korban kejahatan.

"Polisi di sini sulit sekali diandalkan. Saya pernah kemalingan televisi, saya punya saksi yang melihat kejadian tersebut dan tahu di mana televisi curian itu dijual. Tapi saat melapor ke polisi, tidak ada tindakan apa-apa yang mereka lakukan," curhat Chris, seorang driver yang mengantar salah seorang rekan wartawan dari Indonesia.

Soal minimnya kepercayaan publik pada polisi, di Afrika Selatan itu sudah jadi rahasia umum. Polisi yang seharusnya melindungi justru sering dituduh mem-backing beberapa kelompok kejahatan di Afsel. Kabarnya, gudang senjata polisi bahkan bisa disusupi para kriminal yang punya hubungan dekat dengan mereka.

Karena ketidakpercayaan pada polisi itulah banyak warga yang kemudian memilih menyewa jasa keamanan swasta. Menurut keterangan seorang warga Indonesia yang tinggal di Pretoria, polisi bisa datang setengah jam atau satu jam setelah mendapat laporan kejahatan, sedangkan jasa keamanan swasta bisa datang lebih kurang dua sampai tiga menit.

Dengan kondisi seperti itu, tak ada pilihan buat warga untuk melengkapi diri dengan berbagai kebutuhan supaya terhindar dari tindak kriminalitas. Menyewa jasa keamanan dan memasang kawat yang dialiri listrik jadi salah satu pilihan.

Opsi lainnya adalah memiliki senjata api atau sejata pembela diri lainnya di dalam rumah. Sebagai catatan, hukum pemilikan senjata api di Afsel tergolong sangat longar, hal mana juga memicu tingkat kejahatan di sini.

Main hakim sendiri jelas tak dibenarkan hukum. Tapi karena aparat hukum tak lagi bisa diandalkan, cara tersebut mau tak mau harus diambil.

“Di rumah saya punya kampak, juga pemukul baseball dan martil besar. Itu akan digunakan untuk menghajar pencuri yang masuk. Saya tak akan membunuhnya. Saya akan memukul lutut dan pergelangan kakinya,” lanjut Chris.

"Itu akan membuat mereka cacat dan harus menggunakan kursi roda, mereka tak akan lagi bisa mencuri. Mereka akan menderita karena tak bisa lagi bermain bola, berlari atau melakukan apapun lagi. Itu hukuman yang pantas buat mereka. Mereka seenaknya masuk ke rumah orang dan mencuri barang hasil kerja keras yang dibeli dengan harga 1.000 rand dan menjualnya hanya dengan 30 atau 40 rand," tutup pria yang sempat bekerja di kedutaan besar Indonesia di Pretoria itu.
(dtc/din)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar