"Welcome to Try - Againz, semoga artikel yang ada di sini bermanfaat untuk anda semua"

Rabu, 08 Juni 2011

Film islami terbaik

1. Ketika Cinta Bertasbih 1 (trailer)

Film karya besar Habiburrahman El Shirazy ini merupakan yang di angkat dari novel ini mengisahkan kehidupan seseorang yang bernama Khairul Azzam yang mana seorang mahasiswa Indonesia sedang belajar di Kairo, tepatnya di Universitas Al Azhar. Seperti film “Ayat – Ayat Cinta“, film ini memberikan inspirasi bagi kita semua untuk tetap selalu berpegang teguh kepada ajaran agama dalam menemukan sosok jodoh.sumber




2. Ketika Cinta Bertasbih 2 (trailer)

Bagi anda yang mengikuti cerita sebelumnya, maka anda wajib mengikuti Film Ketika Cinta Bertasbih 2.Film ini diawali dengan lulusnya Azzam dari Universitas Al-Azhar. Akan tetapi, nasib baik belum mendatanginya. Azzam belum mendapatkan pekerjaan. Akhirnya Azzam meminta tolong kepada Husna yakni adiknya untuk mencarikan pekerjaan agar terhindar dari omongan tetangga yang selalu mencibir.

Akhirnya Azzam memilih membangun usaha dengan berwiraswasta. Karena mempunyai pengalaman usaha di Mesir sewaktu kuliah, dia menekunin pekerjaan itu.

Seiring waktu berjalan, ada hal yang membuat Azzam sering bingung dengan pertanyaan ibunya. Tentang kapan Azzam akan menikah. Saat ini hatinya sedang berpihak wanita yang bernama Anna Althafunnisa. Akan tetapi wanita tersebut telah dilamar oleh sahabatnya sendiri yakni si Furqon.sumber

download
ebook Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2 Lengkap



3. Dalam Mihrab Cinta (trailer)

film yang bertemakan religi dimana dalam film ini di ambil dari novel karya Habiburrahman El Shirazy atau akrab dipanggil Kang Abik, yang juga merangkap sebagai sutradara film. film ini tidak syuting di mesir sana, karena memang latar cerita dalam novel Dalam Mihrab Cinta memang adanya di Indonesia.

Bagi anda yang ingin jalan ceritanya, berikut ini kisahnya.Sinopsis Film Dalam Mihrab Cinta
Syamsul (Dude Harlino) pemuda 20 tahun-an bertekad menuntut ilmu di sebuah pesantren di Kediri, meninggalkan kehidupannya yang cukup nyaman. Disini ia bertemu dengan Zizi (Meyda Sefira) putri pemilik pesantren yang pernah ditolongnya ketika dijambret di kereta, yang kejadian tersebut membuat mereka jadi dekat.
Untuk menyempurnakan ilmu agamannya, Syamsul Hadi (Dude Harlino) memutusakan untuk mondok di sebuah pesantren Al-Furqan di daerah Kediri.
Sayang, kehidupan pesantren, tidak seperti ada dalam benaknya selama ini. Burhan (Boy Hamzah), teman sekamarnya di pesantren yang selalu terlihat baik di depan Syamsul justru memfitnahnya mencuri.
Tuduhan yang dialamatkan Burhan kepada Syamsul, membuat dirinya rela menerima perlakuan kasar dari semua santri di pesantren hingga babak belur dan digunduli habis rambutnya.
Tidak itu saja, Syamsul pun diusir secara tidak baik dari pesantren. Bahkan karena kasus itu, Syamsul pun terpaksa mendekam di balik jeruji.
Saat kembali ke rumah, keluarganya pun tak diterima dan di percaya atas penjelasannya kejadian sebenarnya. Merasa tidak ada yang mau percaya terhadap dirinya, Syamsul memutuskan untuk hidup di jalanan.
Karena tekanan yang terus menghantui dirinya, akhirnya dia benar-benar mencopet kali ini.
Dompet Sylvie (Asmirandah), tunangan Burhan menjadi salah satu korbannya. Mengetahui hal itu, Syamsul pun memiliki niat untuk membalas perlakuan Burhan dulu saat di pesantren.
Berbekal alamat di KTP Sylvie, Syamsul pun nekat mencari rumahnya. Pertemuan pun terjadi antara Sylvie dan Syamsul.
Akankah Syamsul membongkar perilaku Burhan didepan Sylvie? Lantas bagaimana nasib pertunangannya? Atau Syamsul jatuh cinta dengan Sylvie?. sumber

ebook dalam mihrab cinta

4. Le Grand Voyage (trailer)

Film perancis bertema islam

Sinopsis:
Reda adalah seorang remaja Perancis keturunan Maroko. Ia tiba-tiba saja mendapat tugas menemani sang Ayah pergi haji lewat jalan darat. Sebagai remaja eropa yang tidak memegang teguh agama dan akan menghadapi ujian dalam beberapa minggu ke depan, tentu Reda menentang tugas itu. Tapi sebagai seorang anak, ia harus patuh dan menyupiri ayahnya melintasi benua.

Kesenjangan hubungan ayah dan anak membuat perjalanan panjang ini tidak bisa dibilang sebagai perjalanan yang menyenangkan. Sambil menyusuri negara-negara Italia, Serbia, Turki, Syria, Jordania dan akhirnya Saudi Arabia, mereka akhirnya dapat mengenal satu-sama lain dengan lebih baik.

Review:
Seperti halnya film-film eropa, Le Grand Voyage berpotensi sangat besar untuk membuat bingung dan bosan para penggemar film-film umum ala Hollywood.

Minim dialog, ruangan kosong, dan mungkin akan terasa seperti otak anda sedang diperas-peras saat menontonnya. Tapi jika kita mau bersabar dan mengikuti alur film ini, bukan tak mungkin emosi kita akan ikut teraduk-aduk.

Film ini adalah film perdana sutradara Ismaƫl Ferroukhi. Syutingnya dilakukan di negara-negara yang disebut dilewati Reda dan ayahnya (Perancis, Italia, Slovenia, BUlgaria dan Turki). Untuk adegan di padang pasir, kebanyakan dishoot di Maroko.

Konon kabarnya, Le Grand Voyage adalah film fiksi pertama yang diperbolehkan untuk syuting di Mekkah. Kata sang sutradara, saat syuting di sana, "tak ada yang melihat ke kamera, orang-orang sepertinya tak melihat kru film - mereka ada di dunia lain"

Untuk kita, mungkin agak aneh melihat sang ayah yang taat menjalankan agamanya sepertinya tak bermasalah melihat sang anak sama sekali tidak mengerjakan ibadah.

Mengingat agama dan ibadah bukan suatu hal yang penting di benua Eropa, terbayang juga kesulitan yang mungkin dialami oleh orang tua di sana untuk menerapkan pendidikan agama.

(Pikir-pikir, Reda dan ayahnya ini kurang lebih terlihat sama nggak ya, dengan ibu-ibu berkerudung yang tenang aja berjalan bersama anak gadisnya berbaju mini dan seksi di mall-mall sini?)

"Air laut baru akan kehilangan rasa pahitnya setelah ia menguap ke langit," kata ayah Reda menjawab pertanyaan anaknya kenapa ia memilih bermobil menuju Mekkah.

"Begitulah air laut menemui kemurniannya. Ia harus mengangkasa melewati awan. Inilah mengapa lebih baik naik haji berjalan kaki ketimbang naik kuda. Lebih baik naik kuda ketimbang naik mobil. Lebih baik naik mobil ketimbang naik perahu. Lebih baik naik perahu ketimbang naik pesawat terbang…”

Seringkali tujuan bukanlah yang terpenting, melainkan bagaimana cara kita mencapai tujuan tersebut. Ayah Reda ingin memurnikan dirinya dengan perjalanan ini. Mungkin juga ia menginginkan hal yang sama untuk Reda. sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar