Perkotaan
merupakan pusat dari segala aktivitas penduduk, baik itu pusat bisnis, pusat
perekonomian, maupun pusat pemerintahan. sehingga, tingkat kepadatan penduduk
diperkotaan pun cukup tinggi. hal ini memicu terjadinya permasalahan yang
sangat kompleks. salah satu permasalahan yang cukup besar adalah pemenuhan
hunian, yang mana kebutuhan (demand)
hunian lebih besar daripada persediaan (supply)
diperkotaan, sehingga terjadi backlog.
Kebutuhan rumah layak huni, setiap tahun bertambah rata-rata 800.000 unit,
sementara kemampuan pengadaannya berkisar mulai 100.000 sampai dengan 200.000
unit per tahun dengan, demikian angka backlog
rata-rata sekitar 600.000 unit
setiap tahunnya (Perumnas).
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga tahun 2011 angka backlog perumahan Indonesia sebesar 13,6 juta unit, angka tersebut
dapat terus bertambah seiring dengan
jumlah penduduk yang terus meningkat
dengan angka pertumbuhan 1,46% per tahun. Bahkan menurut Badan Kependudukan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) bahwa pada tahun 2050, diperkirakan lebih dari 80%
penduduk Indonesia akan hidup diperkotaan.
Pemenuhan
kebutuhan rumah berupa rumah tapak (landed
housing) di perkotaan, idealnnya kurang tepat untuk jangka panjang.
mengigat, ketersediaan lahan di perkotaan yang semakin terbatas, dan akan
memicu timbulnya urban sprawl.
Urban sprawl merupakan fenomena perkembangan perkotaan yang tidak terkendali.
dari fenomena tersebut secara otomatis akan melahirkan masalah-masalah baru,
seperti dari segi pembiayaan sarana dan prasarana perkotaan yang besar, tingkat
inefesiensi waktu, penggunaan transportasi, bbm yang tinggi, serta polusi udara
yang terus meningkat. sehingga
pembangunan perkotaan lebih terfokus pada penanganan kemacetan, pembangunan
sarana dan parasarana penunjang yang memerlukan pembiayaan yang cukup besar.
kemudian ditambah lagi dengan banyaknya berbagai kemudahan untuk memiliki kendaraaan
bermotor pribadi, menjadikan permasalahan yang ada semakin besar.
Kota
Jakarta, Surabaya dan Makassar salah satu contoh yang memiliki
permasalahan-permasalahan tersebut diatas. kemampuan daya tampung kota tersebut
semakin hari semakin menipis. permasalahan ini apabila tidak segera diatasi
akan menjadi "bom waktu yang nanti nya akan meledak ".
Pembangunan
rumah susun (vertical housing)
merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
selain dapat mengefisienkan penggunaan lahan juga daya tampung penduduknya pun
cukup banyak. selain itu, rumah susun
termasuk dalam komponen penunjang kota kompak (compact
city) yang merupakan "obat" dari fenomena Urban Sprawl. Rumah susun adalah bangunan gedung yang dibangun
dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional (UU No. 20 tahun 2011). rumah susun terdiri dari dua jenis yaitu rumah
susun sederhana yang disewakan (rusunawa) dan rumah susun sederhana milik
(rusunami). Namun, rusunawa lah yang
lebih diproritaskan pembangunan nya karena cukup banyak kalangan masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) seperti mahasiswa, pekerja temporer dan lainnya
yang ada diperkotaan, dan rusunami hanya
untuk yang lebih mampu.
Judul tugas kuliah "Seminar Proyek Akhir"
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
by try admajaya